Menikmati Siobak Buleleng di Denpasar

Gemabali.ID (Denpasar) - Mengunjungi Buleleng tidak akan lengkap tanpa mencicipi kuliner khas yang ada di wilayah tersebut. Salah satunya siobak khas Buleleng. Namun sekarang olahan berbahan babi ini memang sudah banyak dijumpai pada berbagai wilayah di Bali, khususnya di Kota Denpasar.
Salah satu warung makan di Denpasar yang menyediakan makanan khas Buleleng ini yakni “Warung Rama Siobak Singaraja”, berlokasi di Jalan Letda Made Putra No.56 Dangin Puri, Denpasar.
Adalah Ketut Garawati (60) pemilik Warung Makan Rama yang memulai usahanya sejak 1985. Wanita yang berasal dari banjar Bali, kabupaten Buleleng ini memang terbilang nekat pada awalnya ingin merintis usaha di Denpasar. Pasalnya dengan hanya bermodal resep makanan dari teman, ia memberanikan diri untuk membuka usaha yang awalnya berlokasi di bilangan Jalan Nangka Denpasar.
Namun dalam perjalanan usahanya tersebut selama satu tahun belum mendapatkan hasil maksimal karena perolehan penjualan yang sedikit. Sempat terbesit pikiran dari Garawati untuk kembali ke daerah asal Singaraja atas permintaan suami.
“Pada saat saya awal merintis usaha memang tidak mudah, yang awalnya sepi hingga saya menjual apa yang saya bawa untuk bertahan hidup di Denpasar,” ujar Garawati.
Karena keinginannya untuk berjuang menjalankan usahanya agar berkembang, Garawati melakukan berbagai cara agar usahanya bisa ramai yaitu sempat mencoba dengan mengganti resep sausnya sebanyak sepuluh kali, dan menggunakan bahan baku yang berasal dari Singaraja langsung seperti tauco, rempah-rempah, dan lain-lainnya. Sehingga kerja keras itupun dapat membuahkan hasil pada 1991.
Pada tahun tersebut ibu tiga anak ini merasakan perubahan usahanya sedikit demi sedikit mengalami kemajuan dan peminat dari makanannya pun sudah mulai banyak karena melalui informasi dari mulut ke mulut.
Di balik perkembangan pesat usahanya tersebut, terdapat berbagai rintangan yang ditemui yaitu seperti hal nya virus Flu Babi yang secara tidak langsung mempengaruhi penjualannya.
Pada saat itu dalam satu hari nya omset penjualannya sangat turun drastis selama sepuluh hari bisa sampai turun 70 persen dari penjualan di hari biasanya dan terbesit pikiran untuk mengurangi jumlah pegawai.
“Tentu saja rintangan dalam usaha itu pasti ada, seperti contoh nya wabah Flu Babi yang menyebabkan omset penjualan menurun karena konsumen yang terlanjur takut untuk mengonsumsi daging babi,” ucapnya.
Dengan ketegaran hati serta kerja keras Garawati mampu bertahan dan memberikan pemahaman kepada konsumen, ia kemudian dapat mengembalikan kepercayaan konsumennya untuk menikmati lagi siobak dengan aman.
Garawati menuturkan, dalam perjalanan usahanya ia tentunya menyesuaikan teknis pemasaran dengan perkembangan zaman seiring usia usahanya yang terbilang sudah cukup lama.
Dengan bantuan sanak keluarganya, dan atas rekomendasi dari konsumen yang puas menikmati kuliner di warungnya melalui review di media sosial seperti YouTube, dan Facebook. Garawati membuktikan bahwa usahanya masih layak untuk bertahan.
Terbukti kini, wanita inspiratif tersebut dengan bantuan media sosial ia mampu mengembangkan usahanya hingga mendapat konsumen dari luar Bali yaitu seperti Jakarta, Surabaya, Bandung, dan Balikpapan.
Garawati mengungkapkan, usahanya mengalami peningkatan penjualan pada saat libur lebaran dan libur akhir tahun. Tidak tanggung-tanggung penghasilan yang di dapat bisa mencapai 20 juta perbulannya.
“Harapan saya ke depan bisa mengembangkan lagi usaha ini dengan menciptakan berbagai inovasi menu makanan baru tentunya dengan mengikutsertakan ciri khas Buleleng, serta membuka lapangan pekerjaan khususnya bagi masyarakat Buleleng yang ingin merantau ke Kota Denpasar,” katanya. (Wij/Rls)