Dari Kalimantan Mencari Makna Pendidikan

Anna Shau Tong. (Foto: Dok. Pribadi)
Anna Shau Tong. (Foto: Dok. Pribadi)

Oleh: Anna Shau Tong*

Apa yang terpikirkan oleh kita jika mendengar kata “pendidikan” ataupun “ilmu pendidikan”? Mungkin seribu berbanding satu orang mengatakan bahwa pendidikan merupakan pondasi untuk melangkah menuju masa depan yang lebih baik. Bagaimana jika pembaca menyimak pandangan dari mahasiswi yang baru saja memulai studi di Pulau Dewata?

Saya lahir dan dibesarkan di jantung Kalimantan yang bagaikan sepotong surga jatuh dengan keindahan alam yang melimpah-ruah. Semua kelimpahan tersebut bahkan tidak bisa membuat siapa saja untuk berdiam diri dalam menikmatinya. Dalam menikmati keindahan alam apakah kamu akan sadar jika tidak didampingkan dengan pemikiran yang terdidik maka semua hanyalah sia-sia tak ternilai.

Mengapa saya mengatakan hal seperti ini? Pada era modernisasi ini kita dituntut untuk semakin maju dalam hal apa saja, dari tidak suka dipaksakan untuk suka dalam artian mengubah gaya berpikir dan membuat metode belajar yang berbeda agar keluar dari sangkar yang bernama zona nyaman, tidak ada yang salah jika kita nyaman dengan hal ini, kita hanya perlu mengubahnya menjadi new normal atau normal yang baru dalam penerapan modernisasi atau lebih tepatnya membuat sesuatu yang baru menjadi tak asing lagi.

Indonesia memiliki sistem kurikulum yang berbeda dari negara lain. Sngguh luar biasa, tatkala menteri pendidikan berganti begitu pun dengan  sistem pembelajarannya. Lantas, kurikulum apa yang tepat untuk mendidik atau diterapkan pada  peserta didik? Jika memang benar adanya yang tepat, segera terapkan dan jelaskan secara menyeluruh melalui tulisan tangan, media yang bahkan sudah canggih, menggunakan lisan saat mengadakan sosialisasi agar tidak menyindir melalui karya-karya yang terpendam seperi novel, komik, teater, bahkan melalui postingan di media sosial dengan sekali klik saja.

Ini adalah beberapa pandangan dimana orang-orang tak mengetahui mengapa pemerintah melalukan hal tersebut, nyatanya indonesia memiliki tujuan tersendiri dalam mencapai sukses nya yang berskala standar dalam dunia pendidikan, Indonesia menjadikan sistem peringkat sebagai acuan dalam suksesnya dalam dunia pendidikan. Kurikulum yang berlaku sekarang belum secara tepat menjamin hal-hal penting untuk kehidupan kita nantinya.

Maka itu, sebagai peserta didik kita membutuhkan kurikulum yang tepat dan kita perlu mengevaluasi guru-guru supaya bisa mengajar dengan tepat serta menyesuaikan ke kurikulum yang baru. Jika kita memahami dengan baik, kita juga tak boleh sepenuhnya menyalahkan pembuat kurikulum.

Apakah Anda berpikir tentang betapa buruknya pendidikan di Indonesia? Negara-negara di dunia memiliki sistem penerapan yang berbeda dan bertolak belakang dengan Indonesia. Bisa kita temukan pada berbagai referensi, bagaimana suatu negara dan lembaga mengajarkan peserta didiknya dengan cara yang unik dan tentunya berdampak positif dalam meningkatkan peringkat pencapain prestasi dalam pendidikan bersifat akademik dan non-akademik yang berskala nasional maupun internasional.

Indonesia memiliki banyak sistem yang dapat di terapkan, dalam hal ini juga berkaitan dengan bidang ekonomi. Jika ekonomi saja tak stabil maka pendidikan juga akan tergoyahkan, jika pendidikan tak melakukan perubahan maka pemasukan dan pengeluaran suatu negara juga tak stabil. Ada beberapa kunci dalam pendidikan dan fungsinya, sebagai pelajar pasti akan berusaha untuk menerapkan suatu perubahan yang positif dalam menjalankan tugas yang wajib adalah berlangkah maju dalam dunia pendidikan. Kuncinya adalah “Jika kamu mau, usahakan. Kalau kamu serius, perjuangkan”.  

Adapun artian yang lain dapat disimak pada sistem pendidikan berbasis mikro dan makro. Spektrum ilmu pendidikan dapat dilihat dari dua lingkup yaitu mikro dan makro. Lingkup mikro mencakup pembelajaran dikelas yang dilaksanakan oleh pendidik dan peserta didik. Lingkup makro mencakup pendidikan secara nasional. Siapa pun yang menjadi tenaga pendidik harus menjadikan asumsi programatik pendidikan sebagai dasar dalam menjalankan pendidikan kepada para peserta didik agar tercipta nya sebuah perubahan yang lebih baik dalam era modernisasi ini.

Dalam proses mikro dan makro para tenaga pendidik juga terlebih dahulu untuk mengetahui konsep-konsep agar bisa beradaptasi dan membantu peserta didik dalam pembelajaran bentuk apapun. Hal ini bertujuan meningkatkan kualitas dan meredam ketidakstabilan setelah terjadinya pergantian kurikulum. Pada pergantian ini peserta didik juga harus merubah cara belajar yang lebih efektif dalam menyesuaikan setiap fasilitas yang diperbarui.

Kita sebagai warga negara Indonesia mari berusaha dan bangkit dalam meningkatkan suatu kualitas pendidikan di Indonesia dan menjadi orang baik yang sukses dan orang sukses yang baik. Bangsa ini tak kekurangan orang-orang pintar, hanya saja ada beberapa fitur yang hilang dalam proses menjalankan pendidikan sehingga banyaknya hambatan dalam mencapai suatu presentase yang meningkatkan suatu mutu yang lebih baik dalam aspek apa pun.

Bahkan ada yang mengatakan, Indonesia membutuhkan anak muda untuk melanjutkan atau meneruskan bangsa. Indonesia membutuhkan anak muda? Memang indonesia mau menjadi apa? Menunggu anak muda untuk sukses baru dilakukan perubahan. Bagaimana generasi sebelumnya yang bahkan menempuh pendidikan di ujung tanduk, mengapa tak melakukan perubahan yang demikian agar terkendalinya sistem pendidikan diindonesia yang bebas dari presepsi yang timbul setiap terjadinya perubahan? Indonesia pulih, Indonesia Bangkit. Generasi Emas Tahun 2045.

*) Penulis adalah mahasiswi semester I Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD), Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendididikan Ganesha (Undiksha), Singaraja, Bali.