Gedong-Gandhi Ashram Aktif Kembali Beri Solusi untuk Bali

Diskusi "Pariwisata di Persimpangan Jalan" digelar Gedong-Gandhi Ashram sebagai solusi bagi permasalahan pariwisata Bali. (Foto: Angga Wijaya/Gema Bali)
Diskusi "Pariwisata di Persimpangan Jalan" digelar Gedong-Gandhi Ashram sebagai solusi bagi permasalahan pariwisata Bali. (Foto: Angga Wijaya/Gema Bali)

I Ketut Angga Wijaya, Wartawan Gema Bali

GemaBali (Denpasar)- Dengan haru, Benky Bagoes Oka bercerita tentang pesan dan amanat mendiang Ibu Gedong Bagoes Oka sebelum beliau berpulang pada 2002, untuk terus menyalakan spirit dan misi Ashram Gandhi, padepokan spiritual yang mulai dirintis pada 1970-an oleh Ibu Gedong di Candi Dasa, Karangasem, kabupaten yang terletak di ujung timur Bali.

Ibu Gedong menjadikan Mahatma Gandhi, tokoh spiritual dan emoh-kekerasan asal India sebagai guru dan panutan dan ingin membumikan ajaran beliau di Indonesia. Benky sendiri adalah anak tertua Ibu Gedong yang kini kembali ke Bali setelah lama bekerja dan menetap di Jakarta. Sejak beberapa tahun lalu, dirinya dipercaya menjadi pengarah Gedong-Gandhi Ashram.

“Ibu kami berpesan agar nama ashram diubah menjadi Gedong-Gandhi Ashram setelah beliau meninggalkan kita semua, dan terus aktif menyuarakan pesan-pesan perdamaian,” katanya.

Sore itu, Senin 1 Mei 2023, ruangan utama Bali Gandhi Vidyapith Ashram, sayap organisasi Gedong-Gandhi Ashram untuk mahasiswa yang berlokasi Jalan Panglima Besar Sudirman FS.2, Sanglah, Denpasar tampak penuh. Beberapa tokoh Bali seperti Dewa Palguna, Prof Dr. Ir. I Gde Pitana, M.Sc (kini sulinggih bergelar Ida Pandita Mpu Jaya Brahmananda), Prof Nyoman Sunarta, I Gde Sudibya, Ida Ayu Mas, dan Putu Suasta hadir di sana.

Mereka berkumpul dalam diskusi bertajuk “Pariwisata Bali di Persimpangan Jalan”. Diskusi sore itu menjadi titik awal Gedong-Gandhi Ashram bangkit kembali setelah lama vakum.

Diskusi berlangsung seru hingga hampir tiga jam lamanya, hal yang dulu biasa dilakukan di ashram semasa Ibu Gedong Bagoes Oka masih ada. Sahabat beliau, mantan Presiden RI K.H. Abdurrahman Wahid atau akrab disapa Gus Dur, menjadi pembicara rutin ketika beliau berkesempatan ke Bali. Juga Romo Mangunwijaya dan T.H. Sumartana, dua nama besar yang dikenal dekat dengan Ibu Gedong yang semasa hidupnya membaktikan diri pada pendidikan serta pembangunan karakter masyarakat Bali. 

I Nyoman Sadra, Pembina Gedong-Gandhi Ashram menyebut, tujuan diskusi “Pariwisata Bali di Persimpangan Jalan” antara lain untuk menghimpun beragam pemikiran terkait kritik terhadap pengembangan pariwisata Bali sebelum pandemi Covid-19.

“Juga berbagai tawaran solusi alternatif perihal model pembangunan Bali ke depan yang tidak hanya bersandarkan kepada sektor pariwisata, selain membangun kerja sama di antara lintas aktor untuk turut berkontribusi aktif dalam gerak pembangunan Bali ke depan,” ujar tokoh masyarakat Tenganan, Karangasem, Bali, itu.

Diskusi diiniasi Gedong-Gandhi Ashram bersama Keluarga Alumni Universitas Gadjah Mada (Kagama) Bali, Forum Kebangsaan Bali, dan Fakultas Pariwisata Universitas Udayana. Tiga narasumber diskusi, Dr Dewa Palguna, SH, M.H, Prof Nyoman Sunarta, M.Si, dan I Gde Sudibya, MM begitu bersemangat menyampaikan pemikiran dan sumbang saran mereka. Hal yang sama pada penanggap utama diskusi antara lain Prof Dr. Ir. I Gde Pitana, M.Sc (Ida Pandita Mpu Jaya Brahmananda), Ida Ayu Agung Mas, dan Ketua Kagama Bali I Gusti Ngurah Agung Diatmika yang diwakili Sekjen Kagama Bali Ketut Arya Suharja. Diskusi dimoderatori Pdt. Dr. Victor Hamel.

Diskusi pariwisata tersebut berangkat dari wabah penyakit Covid-19 yang membuat pariwisata Bali mengalami keterpurukan bahkan mencapai angka yang sangat rendah.

Keadaan tersebut mengharuskan pariwisata Bali bangkit kembali untuk membentuk pariwisata Bali yang kuat dan memiliki spirit yang tidak saja mementingkan pariwisata sebagai sebuah “keindahan dan kualitas kebudayaan” yang bisa dijual dan menghasilkan uang sebanyak-banyaknya, tetapi penting untuk membangkitkan kesadaran kemanusiaan dan kecintaan pada lingkungan serta alam yang berkualitas yang mampu menghidupkan, baik manusia maupun alam itu sendiri.

Namun pertanyaannya kemudian adalah; apakah ada pembelajaran penting bagi kita dari pengalaman selama masa pandemi sehubungan dengan dunia pariwisata? Apakah model pariwisata Bali pasca pandemi akan kembali ke pola lama yakni pola mass tourism dengan menjadikan jumlah wisatawan sebagai target utama ataukah akan ada perubahan pola atau model pariwisata Bali yang lebih berkualitas pasca pandemi?

Mass tourism telah menghadirkan dampak negatif yang begitu banyak, baik dampak fisik, sosial dan budaya. Kerusakannya ditenggarai telah menukik ke dalam sendi-sendi kehidupan masyarakat Bali, disadari atau pun tanpa disadari.

Pertanyaan tersebut mendapat jawaban dan pendapat dari para narasumber dan penanggap. Juga, puluhan peserta diskusi yang terdiri dari tokoh adat dan agama, aktivis LSM, akademisi, mahasiswa, pemuda, dan masyarakat umum termasuk para perempuan.

“Gedong-Gandhi Ashram adalah “rumah Gandhi”. Saya selaku wakil keluarga berharap agar ashram ini bangkit kembali seperti dulu, rutin mengadakan diskusi mengenai berbagai permasalahan di Bali dan Indonesia kemudian mencari solusi untuk kemudian kita suarakan,” tukas Benky Bagoes Oka menutup diskusi hangat dan berlangsung penuh rasa kekeluargaan itu.