Begini Tanggapan BBMKG Denpasar Terkait Isu Fenomena Gorila El Nino
Gemapos.ID (Jakarta)- Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Wilayah III Denpasar telah buka suara terkait isu fenomena Gorila El Nino yang sebelumnya diungkapkan Peneliti Klimatologi Pusat Iklim dan Atmosfer Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Erma Yulihastin.
Adapun Koordinator Bidang Data dan Informasi BBMKG Wilayah III Denpasar, I Nyoman Gede Wiryajaya mengatakan terkait Gorila El Nino, bukan pihaknya yang merilisnya.
Dalam keteranganya yang dikutip pada Sabtu (11/11) siang, Wiryajaya menyatakan bahwa Bali saat ini berada dalam kategori El Nino moderat dengan prediksi akan berlangsung hingga bulan Februari 2024.
“Tidak ada istilah 'Gorila El Nino' dalam klasifikasi resmi kami. Bali saat ini berada dalam kategori moderat dan BBMKG mengklasifikasikan intensitas El Nino menjadi tiga kategori, yaitu El Nino lemah, moderat, dan kuat,” tegasnya.
Sedangkan, sejak akhir bulan lalu tidak terdapat peningkatan signifikan pada suhu udara maksimum. Suhu maksimum tercatat sebesar 33 derajat Celsius, walaupun pada Minggu (5/11) lalu, sempat mencapai 35 derajat Celsius di Stasiun Geofisika Sanglah.
Kemudian, Wiryajaya mengatakan El Nino menyebabkan berkurangnya potensi curah hujan di Indonesia. Meskipun saat ini Bali sedang mengalami El Nino Moderat, Wiryajaya juga mengonfirmasi bahwa ini adalah fenomena global yang tidak hanya mempengaruhi Bali tetapi seluruh dunia.
“Kami merasa bersyukur di Bali karena ada faktor regional dan lokal yang dapat mempengaruhi kondisi cuaca. Saat ini, Bali bagian tengah sudah memasuki masa peralihan musim dari kemarau ke musim hujan, ditandai dengan hujan singkat dan sporadis di beberapa tempat,” jelasnya.
Selain itu, dia juga menjelaskan bahwa musim hujan memiliki kriteria tersendiri, di mana dalam satu dasarian atau 10 hari, curah hujan harus mencapai 50 milimeter, dan diikuti oleh dasarian berikutnya.
Sementara itu, Wiryajaya juga mengatakan pihak BMKG memprediksi bahwa wilayah Bali bagian tengah akan lebih dulu masuk musim penghujan, diikuti oleh wilayah lainnya. Sedangkan daerah terakhir yang diprediksi masuk musim penghujan adalah Nusa Penida dan Pesisir Utara Bali, seperti daerah Gerokgak, pada akhir bulan Desember.
“Saat ini, hujan telah mulai turun di Bali, dan kami memprediksi musim hujan pada pertengahan November, terutama pada dasarian kedua sekitar tanggal 20-an di Bali bagian Tengah. Saya rasa dari data Hari Tanpa Hujan sudah mulai berkurang pada daerah status awas di Bali,” tambah Wiryajaya.
Lalu ia mengatakan bahwa sebagian besar wilayah Bali memang memasuki musim kemarau, namun sebagian lagi sudah memasuki musim transisi menuju musim penghujan. Sesuai prediksi BBMKG, puncak musim hujan, diperkirakan terjadi pada bulan Januari, dengan 95 persen wilayah Bali memasuki puncak musim hujan, dan sisanya akan mengalami kondisi tersebut di bulan Februari.
Wiryajaya juga memberikan informasi mengenai kondisi cuaca di tahun sebelumnya, di mana alam mencari kesetimbangan dengan adanya fenomena La Nina selama tiga tahun berturut-turut sebelum El Nino.
Karena itu, ia mengimbau kepada masyarakat agar selalu mengupdate informasi dari BBMKG, terutama terkait peringatan dini, guna mengurangi risiko bencana yang mungkin terjadi. Masyarakat juga diharapkan mendapatkan informasi dari sumber resmi untuk menghindari provokasi oleh berita yang bersifat hoax.
Terkait Gorila El Nino sebelumnya diungkapkan Peneliti Klimatologi Pusat Iklim dan Atmosfer Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Erma Yulihastin belum lama ini.
Dia menyatakan dari hasil kajian analisis terbaru yang dilakukan oleh peneliti di Tim Variabilitas, Perubahan Iklim, dan Awal Musim BRIN (TIVIPIAM-BRIN), mengindikasikan potensi Indonesia terancam gorila El Nino.
Peristiwa kali ini diprediksi kian menguat dan menyerupai yang terjadi tahun 2015. Bahkan bisa juga menjadi jauh lebih ekstrem lagi. Jika fenomena Gorila El Nino itu terjadi, Indonesia akan dilanda peningkatan kekeringan dan cuaca panas ekstrem.
Ini juga diungkapkan melalui pemodelan dari Biro Meteorologi Australia (Bureau of Meteorology/ BOM), yang menyatakan suhu bumi mengalami peningkatan suhu 1,5 derajat Celcius. Sementara itu, puncak El Nino diperkirakan terjadi November 2023 hingga Februari 2024.(ar)