Relasional dan Transaksional Analisis
Kesalahpahaman dalam berkomunikasi dapat terletak pada topik yang dibahas–kasat mata, atau, bahkan tidak terlihat. Hal yang tidak terlihat itu secara konseptual disebut dengan “transaksional analisis” yang disodorkan oleh Eric Berne.
Transaksional analisis adalah cara manusia berelasi dengan manusia lain dengan melibatkan posisi ego. Posisi ego tersebut adalah: posisi ego “anak”, “dewasa”, dan “orang tua”. Posisi ego anak terbagi menjadi dua: anak yang memiliki mode beradaptasi dan anak dengan mode natural atau bebas. Sedangkan, posisi ego “orang tua” terbagi pula menjadi dua: mode yang orang tua yang kurang matang dan orang tua yang cukup baik dan matang.
Mirip seperti perilaku anak yang kecil yang penurut, posisi anak yang dapat beradaptasi dicirikan dengan sikap menuruti aturan yang berlaku tanpa peduli alasan logis dari aturan tersebut: menuruti aturan karena memang harus menuruti aturan; bertindak agar aman dari sangsi yang mungkin dapat terjadi. Sedangkan, perilaku anak natural dicirikan dengan keinginan untuk memberontak, mencoba tantangan baru, dan melakukan tindakan untuk memuaskan keinginan diri yang “nakal”.
Perilaku pada posisi ego orang tua yang kurang matang dicirikan dengan gaya berelasi yang menuntut, otoriter, dan mendikte. Sedangkan, perilaku pada posisi ego orang tua yang matang dicirikan dengan gaya yang mengayomi, menenangkan, dan mendinginkan suasana.
Baca Juga:
Dalam konteks praktis, seseorang akan menggunakan salah satu posisi ego saat berkomunikasi. Saat posisi ego tersebut digunakan, orang tersebut juga mengharapkan respons posisi ego tertentu dari lawan bicara. Kesalahpahaman akan terjadi jika respon dari lawan bicara tidak menunjukan posisi ego yang diharapkan.
Misalkan, saat seorang wanita–selanjutnya bisa kita sebut dengan “A”–sedang menjalin komunikasi dengan pacarnya yang seorang laki-laki muda pegawai kantoran–selanjutnya, kita sebut dengan “B”. Pada saat itu, A mengajak B untuk pulang lebih cepat dari jam kantor agar dapat menonton bioskop bersama. Respons yang diharapkan A terhadap B adalah: B akhirnya menyetujui rencana tersebut. Kenyataannya, B tetap diam di kantor dan berkata dengan nada yang tenang bahwa ada pekerjaan tambahan yang harus dikerjakannya sehingga ia tetap saja tidak bisa pulang lebih awal.
Akhirnya, A menggerutu karena menerima penolakan dari B. Pada kasus ini, A berada di posisi ego “anak natural” yang mengharapkan B mengeluarkan respons posisi “anak natural” yang sama. Anak natural tersirat dari keinginan A untuk melawan aturan yang ada. Tetapi didapatkan bahwa B berada di posisi ego dewasa di mana ia bertindak dengan alasan yang logis dan dengan emosi yang netral.
Dalam keseharian, analisis transaksional sering dipakai dalam transaksi jual-beli. Penjual dengan sadar–berada di posisi ego dewasa–akan memancing agar pembeli berada pada posisi ego anak natural dengan cara: seolah – olah berada di posisi ego anak natural yang menantang pembeli. Contoh praktisnya adalah “Laptop X ini sudah cukup bagus walaupun sebenarnya laptop Y lebih bagus dari X. Tetapi, harga laptop Y jauh lebih mahal dan perlu pengguna yang handal agar laptop ini dapat optimal dalam penggunaannya”.
Saat pembeli tertantang, maka secara tidak sadar ia telah masuk ke dalam jebakan: membeli laptop yang sebenarnya tidak ia butuhkan hanya karena posisi anak naturalnya ditantang–anak natural pada dasarnya mencari tantangan.