Pertanian CERDAS: Padi Berdiri Kokoh Walau Diterpa Angin Kencang

Dari kiri ke kanan I Wayan Adnyana dari Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali, Agung Kamandalu dari BRIN, I Nyoman Mustika Dinas Lingkungan Hidup
Dari kiri ke kanan I Wayan Adnyana dari Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali, Agung Kamandalu dari BRIN, I Nyoman Mustika Dinas Lingkungan Hidup

GemaBali (Gianyar) - Empat dari enam desa telah memanen padi ramah lingkungan di semester pertama proyek percontohan Pertanian CERDAS (Circular Economy Development in Organic Agriculture). Adalah Desa Temesi, Desa Tulikup, Desa Pejeng, dan Desa Taro. Total panen mencapai 12,5 ton dan diperkirakan akan terus bertambah seiring dengan hasil panen dua desa lainnya.

Agung Kamandalu dari BRIN, I Nyoman Mustika Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Gianyar, I Ngurah Suasta dari Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan dan Pertanian Kabupaten Gianyar, Sri Wahyuni dari Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali)

Program pertanian CERDAS dicetuskan oleh Marcellinus Mandira Budi Utomo (BRIN), Hermitianta Prasetya Putra (Yayasan Bumi Sasmaya), dan Levina Pieter (BRIN) pada awal tahun 2022. Baru pada Bulan Mei 2022 program pertanian ramah lingkungan ini melakukan kegiatan perdananya di Desa Temesi. “Pertanian CERDAS bertujuan mengurangi penggunaan pupuk kimia guna mendukung transisi petani menuju pertanian organik”, papar Hermitianta selaku Community Relations Manager Yayasan Bumi

Sasmaya. Pria asal Jogjakarta itu menambahkan, pertanian CERDAS juga membantu petani untuk lebih mandiri dalam meracik pestisida nabati dan membuat pupuk organic cair. “Jadi, petani tidak lagi bergantung pada bahan-bahan kimia yang sebentar lagi subsidinya dihapus”, ujar pria yang kerap dipanggil Mimit itu. 

Proyek Pertanian CERDAS mengintegrasikan program pengelolaan sampah Merah Putih Hijau dengan sistem pertanian organik. Sampah-sampah organik yang diolah di TPS 3R binaan Merah Putih Hijau di enam desa kemudian disalurkan langsung ke lahan-lahan pertanian dalam bentuk bantuan kompos. Artinya, sampah yang dikelola telah mampu menciptakan ekonomi sirkuler di tingkat desa.

Sebanyak 12 petani peserta proyek Pertanian CERDAS hadir di acara Pameran dan Diskusi pada hari Rabu (15/2) di TPS 3R Desa Pejeng, Kecamatan Tampaksiring, Kabupaten Gianyar. Mereka berkumpul untuk membagikan cerita dan kendala ketika bertani ala pertanian CERDAS. Kisah menarik datang dari Gusti Putu Wira Nata, petani asal Desa Tulikup.

 Gusti sudah percaya diri dalam menerapkan teknik bertani ramah lingkungan. Tindakannya kerap disepelekan oleh petani lainnya yang masih menggunakan bahan-bahan kimia.

“Padi saya sering disebut kurus-kurus”, ucap Gusti.

Tapi ia tak lantas patah arang. Bahkan, senyum puas kini terpahat di wajahnya ketika padi-padi yang kerap dicemooh rekan-rekannya itu tetap berdiri tegak diterpa angin sedangkan padi-padi milik petani lainnya rebah. Di akhir musim tanam, petani pensiunan TNI itu berhasil memanen padi sehat pertamanya seberat 1 ton gabah kering panen di luasan lahan 25 are.  Kisah pilu datang dari para petani Desa Taro.

Mereka harus menelan pil pahit setelah padi-padi mereka diserang hama secara masif. “Dari proses pembibitan sudah diserang keong, ketika masa pertumbuhan dimakani tikus, dan waktu padi menguning dihinggapi burung”, ungkap I Nyoman Suka seorang petani dari Desa Taro. Meskipun demikian, ada kebanggaan dari hasil panen mereka. Sebelumnya, berat satu ikat gabah kering hanya berkisar antara 1 – 1,5 kg.  Setelah bergabung dengan proyek pertanian CERDAS, berat per ikat gabah kering mencapai 1,5 – 2 kg. Hal inilah yang terus membakar semangat petani Desa Taro untuk tetap menjalankan pertanian alami ramah lingkungan. 

Sri Wahyuni dari Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali mengapresiasi seluruh petani yang konsisten bertani ramah lingkungan. “Bangga dengan para petani karena sudah mengurangi dan bahkan ada yang tidak lagi menggunakan bahan kimia”, ucap Sri.  Apresiasi juga datang dari Tjokorda Agung, Ketua BUMDes Desa Pejeng. Mantan Perbekel Desa Pejeng itu mengatakan “Bertani ramah lingkungan juga berarti menjaga ibu pertiwi kita”.

Agung Kamandalu dari BRIN berharap petani binaan proyek Pertanian CERDAS terus teguh dalam metode bertani ramah lingkungan sebab dengan itu petani juga bisa merawat dan menjaga kelestarian lingkungan. Setelah selesai Diskusi, para petani mempraktikkan cara pembuatan jamur Trichoderma dipandu oleh I Ketut Punia, Penyuluh Swadaya dari P4S Kalpataru.